February 16, 2010

Fauna Unik di Kebun Raya Bogor

Hari Sabtu pagi, asyik juga jalan kaki di Kebun Raya Bogor/ Bogor Botanical Garden. Tujuannya untuk mengisi ulang paru-paru yang sering kena polusi & menjalankan 2 kaki yang lebih sering dipakai duduk daripada untuk berjalan. Dari pintu gerbang, Agnie dan 3 teman berjalan mengitari Kebun Raya. Segar, rasanya. Serasa bukan di Bogor, dimana mobil, angkot, & motor berseliweran.
ami berjalan terkadang melepas sepatu saat melintasi jalan berbatu, agar terasa sensasi refleksi. Sesekali kami beristirahat, melihat-lihat sekitar kolam, taman, monumen, dan sungai. Benar-benar rileks. Tak lupa kami mencari pohon tempat kelelawar bergelantungan. Adanya populasi kelelawar menandakan bahwa daerah itu masih bersih. Apakah sekarang masih ada? Ternyata memang masih ada, walaupun jumlahnya tampak berkurang. Mereka bergelantungan di atas pohon yang tinggi. Apakah kalian dapat melihatnya?


Pemandangan Kelelawar yang Bergantungan di Atas Pohon

Selain itu, di dekat kolam ada seekor biawak yang sedang berjemur. Dia tampaknya menikmati hangatnya sinar matahari. Lucu kan?

Menikmati Pesona Gunung Gede dan Pangrango dari Kejauhan

Hari Sabtu & Minggu kemarin, Agnie dan teman-teman jalan-jalan ke Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango (TNGGP) dan menginap di vila yang dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), letaknya di Jl. Raya Cibodas, Cipanas-Cianjur. Begitu sampai di dekat penginapan, kita disambut oleh sebuah monumen frame stainless yang membingkai gunung. Subhanallah.. hujan rintik-rintik dan sedikit kabut, justru menambah keindahan pemandangan yang terlihat dari sini.
Sore itu, yang masih gerimis, Agnie berjalan-jalan di sekitar penginapan, ada kebun strawberry (namun sedang tidak berbuah) dan sungai yang jembatannya sedang dibangun dari kayu. Menurut seorang staf dari TNGGP, di area TNGGP ada camping ground, permainan naik kano dan flying fox.
Malamnya, kita makan malam dengan menu yang bisa dipesan dari katering TNGGP, juga esok untuk paginya kita memesan menu ke pengelola penginapan, jadi kita tidak perlu keluar untuk cari makan. Makannya bisa di dalam vila, di saung-saung dekat vila, atau di bangku-bangku kayu. 
Pagi-pagi, awan masih menutupi sebagian kecil gunung, namun tak lama kemudian, matahari cerah membuat gunung terlihat hijau kekuningan, bagus sekali. Setelah sarapan, kita jalan ke kantor BBTNGGP yang tak jauh dari penginapan. Di depan kantor BBTNGGP, dalam taman yang tertata, terpampang spanduk yang menyatakan bahwa TNGGP tertutup untuk pendakian hingga Maret 2010, karena sedang dilakukan pemulihan ekosistem. Walaupun tidak mendaki gunung, boleh juga untuk mengunjungi counter Edelweis yang menjual souvenir TNGGP, seperti kaos, jaket, boneka, stiker, untuk kenang-kenangan. Di kantor ini ada area duduk anak warna-warni, binatang-binatang khas yang diawetkan, display x-banner, poster, & foto mengenai TNGGP serta flora & fauna yang ada di TNGGP. 
Sayangnya, sekitar pukul 09.30 Agnie harus pulang, teman-teman yang berencana pulang siang, kemudian oleh Pemandu TNGGP diajak untuk melihat air terjun yang jaraknya bisa dipilih mau jalan 6 km (landai) atau 2,9 km (curam). Jangan lupa untuk bawa bekal air putih/teh manis & krim otot serta pakai alas kaki yang sesuai.. DAN SELALU INGAT UNTUK MENJAGA KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN MANA SAJA KITA BERADA..
Foto terakhir ah pemandangannya sebelum pulang.. Sampai berjumpa lagi!

February 08, 2010

Pembuatan Larutan Dekomposer

PEMBUATAN LARUTAN DEKOMPOSER
(EFFECTIVE MICROORGANISM)
Dikutip dari Brosur PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI PEKARANGAN (Dept. Arsitektur Lanskap IPB)

Larutan dekomposer adalah larutan yang berisi mikroorganisme yang membantu mempercepat penguraian bahan organik menjadi kompos. Larutan ini juga bermanfaat untuk  menyehatkan tanah.

CARA PEMBUATAN DEKOMPOSER  
Bahan:
1. 600 ml     dekomposer / EM
2. 500 g       gula merah dilarutkan dalam 500 ml air tanah
3. 600 ml     air bekas cucian beras
4. 10  liter   air tanah
5. 1    buah  kantong sampah organik yang sudah dicacah

Peralatan:
1. Kontainer plastik dengan tutupnya, kapasitas 15 – 20 liter
2. Pengaduk kayu
3. Kantong plastik yg sudah dilubangi

Cara Pembuatan:
1. Masukkan air tanah dalam kontainer.
2. Masukkan dekomposer, larutan gula, air cucian beras, aduk sampai rata.
3. Masukkan sampah organik dalam kantong plastik berlubang yang diikat hingga terendam   dalam larutan.
4. Tutup rapat selama 5 – 6 hari.
5. Setelah 5 – 6 hari, larutan dekomposer dapat digunakan.


(Sumber : Diadaptasi dari Kampung  Banjarsari – Jakarta)

Ket. Gambar: Praktik Pembuatan Larutan Dekomposer di sebuah SMA di Bogor saat kelas Pendidikan Lingkungan Hidup